Kisah Sepotong Kue – Cheese Cake Marble Brownies

Ikutan latah bikin brownies ah… ini gara-gara lihat foto brownies marble di blog nya mbak Nina yang sungguh aduhai. Kebetulan juga di rumah ada cream cheese yang harus segera di berdayakan. Check baby check cara bikinnya juga ternyata gak ribet jadi malem-malem sendirian dirumah karena suami lagi ada acara dilua,r aku ngoprek bikin brownies ini aja.

Sayangnya hasilnya kok masih belum memuaskan, marble nya belum kelihatan dan ntah kenapa adonan cream cheese nya gak bisa kokoh walau aku udah masukkan kulkas berhari-hari. Selain itu dipenampakan browniesku cenderung banyakan putihnya, beda banget ama versi mbak Nina.

Tapi kalo dari rasanya siy mantaplah, brownies nya yang legit dicampur rasa gurih dari cream cheese jadi pasangan yang ideal. Cuma aku gak kuat makan banyak-banyak soalnya gigi sensitifku gak bisa diajak berdamai. Mungkin karena legit itu kali ya baru makan sepotong gigiku langsung linu-linu. Kedepannya kayanya kalo bikin lagi aku akan kurangi gulanya.

Resepnya aku ikuti versi mbak Nina dengan sedikit penyesuaian mengikuti kondisi dapurku. Ini dia, cateet yaa

marble brownies

tuh kan marble nya belum terlalu kelihatan apalagi udah dipanggang makin ancur 😦

 

Cheese Cake Marble Brownies
By. Catatan-nina

Bahan :
110 gr unsalted butter
100 gr DCC cincang
120 gr tepung terigu serbaguna
160 gr gula kastor (aslinya 180 gr) kalo aku kurangi lagi jadi 150 gr
2 butir telur
20 ml susu cair
1/2 sdt vanilla

Bahan Cheese Cake :
200 gr cream cheese, suhu ruang (aslinya 175 gr) kalo aku hanya ada 170gr
1 butir telur (aslinya 1 kuning telur)
1 sdm tepung terigu (aslinya tidak pakai)
50 gr gula kastor
1/2 sdt vanilla

Cara Membuat :

  1. Panaskan oven 170’C.
  2. Siapkan loyang (aku memakai loyang tulban 20×10 cm), oles dengan margarin dan beri taburan terigu. Sisihkan.
  3. Cheese cake : Kocok semua bahan menggunakan mixer kecepatan sedang, sebentar saja hingga lembut. Sisihkan.
  4. Brownies : ayak tepung terigu. Sisikan.
  5. Tim (double boil) butter dan coklat. Gunakan api kecil, aduk dengan whisker hingga meleleh. Jangan sampai mendidih ya. Matikan api dan angkat.
  6. Masukkan gula kastor, aduk hingga gula tercapur dan larut.
  7. Masukkan telur dan vanilla, aduk rata (jika memakai mixer, gunakan kecepatan rendah dan kocok sebentar saja).
  8. Masukkan tepung dan susu cair, aduk rata.
  9. Tuang 2/3 adonan ke dalam loyang, sendokkan adonan cream cheese ke beberapa bagian dengan diberi jarak diatasnya. Kemudian sendokkan sisa adonan brownies diantara adonan cream cheese.
  10. Buat pola marble menggunakan sumpit / garpu / tusuk sate.
  11. Panggang  selama kurang lebih 40 menit. Lakukan test tusuk pada bagian yang berwarna coklat. Angkat apabila sudah kering. (adonan cream cheese akan tetap basah jika keadaan masih panas).
  12. Dinginkan dan potong sesuai selera.

notes :
Adonan cream cheese memang akan basah ketika masih panas. Nanti akan set setelah dingin.

Happy baking Bunda 😉

Kisah Sepotong Kue – Macaroni Schotell Ayam Jamur

Macaroni Schotell adalah termasuk salah satu makanan yang lumayan sering aku bikin baik buat acara keluarga, arisan atau kadang kalo lagi iseng. Soalnya bikinnya tinggal cemplang cemplung aja dan isinya bisa kita variasikan sesuai kondisi kulkas. Namun gara-gara asal cemplang cemplung itu jadinya rasanya belum standar, kadang enak kadang pula enak banget hehe… *muji diri sendiri 😀

Ngintip di blog favorit ku mbak Hesti dan mbak Nina, dua-duanya pada bikin macaroni schotell yang bikin ngeces kalo lihat foto-fotonya. Kebetulan malam minggu lalu ada acara pengajian dirumah yasud aku jadi pengen bikin macaroni schotell. Tapi kali ini aku bikin versi lain, aku pake filet ayam yang dicincang kecil dan jamur kancing yang aku iris-iris. Sengaja bikin versi ini selain cobain gaya baru juga karena salah satu teman pengajianku tidak makan daging sapi. Maksudnya siy supaya semua yang datang ke rumahku bisa menikmati hidanganku tanpa kecuali.

 

Ini dia sebagian besar bahan-bahannya ;)

Ini dia sebagian besar bahan-bahannya 😉

Macaroni Schotell Ayam Jamur
By. devinilasari

Bahan:
250 gr              Macaroni elbow yg sudah direbus ¾ matang,
1 liter             Susu cair (biasanya aku pakai 3 sachet susu bubuk + 1liter air)
5 btr               Telur ukuran besar, kalo telurnya kecil-kecil jadi 6 btr
4 lebar             Roti tawar potong kotak-kotak dan rendam air susu
250 gr              Fillet daging ayam di potong kecil-kecil
250 gr              Jamur kancing (champignon) segar iris jangan terlalu tipis
2 sdm               Margarine untuk menumis daging dan bawang, bisa juga pake olive oil atau minyak goreng
1 butir             Bawang bombay yang di potong kotak-kotak kecil
4 siung             Bawang putih memarkan dulu dan iris tipis
100 gr              Keju potong kotak-kotak kecil

Bumbu:
Garam
Pala bubuk
Merica bubuk
Gula pasir
Italian seasoning
Maaf tidak ada ukurang karena semua serba secukupnya, kira-kira aja la yah
Saus Putih:
1,2 sdm              terigu
250 ml             susu cair
¼ sdt              merica bubuk
½ sdt              garam
1 sdm           margarine

Caranya:

  1. Siapkan pinggan tahan panas dengan diolesi margarine, sisihkan.
  2. Siapkan wajan untuk menumis daging, masukkan margarine sampai meleleh tumis bawang putih sampai tercium harum kemudian masukkan bawang bombay tumis sampai layu, masukkan ayam cincang. Aduk-aduk sambil diberi bumbu garam, italian seasoning, pala bubuk, merica dan gula pasir. Terakhir masukkan irisan jamur, aduk sebentar saja dan test rasa kalo udah oke rasanya, matikan api. Sisihkan.
  3. Siapkan baskom besar, masukkan telur kocok sebentar. Beri bumbu garam,pala, merica dan gula pasir. Masukkan susu cair dan aduk sampai rata. Sengaja diberi bumbu 2x supaya rasanya lebih mantap.
  4. Setelah itu masukkan roti, macaroni dan tumisan daging. Jangan lupa juga masukkan ½ bagian keju yang telah dipotong kotak. Aduk rata dan jangan lupa test rasa.
  5. Setelah masuk ke pinggan tahan panas yang telah disiapkan, kukus macaroni schotell kurang lebih 20 menit. Kalo tidak punya klakat jangan lupa tutup dandang dengan kain supaya uap rebusan tidak menetes ke macaroni
  6. Sambil menunggu, siapkan saus putihnya. Caranya, campur semua bahan saus aduk rata dan didihkan sambil terus diaduk sampai keluar gelembung-gelembung di saus putih. Langsung matikan api dan sisihkan.
  7. Tahap terakhir, Macaroni yang telah dikukus siram dengan saus putih dan taburi diatasnya dengan ½ bagian keju kotak yang tersisa. Kemudian panggang sampai atasnya berwarna kuning kecoklatan kurang lebih 30 menit
  8. Keluarkan dari oven dan biarkan sampai dingin. Penting banget membiarkan macaroni schotell sampai dingin dulu karena jika dipotong dalam kondisi panas akan hancur berantakan hiks #pengalaman pribadi
Sisa-sisa Macaroni Schotell Ayam Jamur yang sempat difoto :D

Sisa-sisa Macaroni Schotell Ayam Jamur yang sempat difoto 😀

Hasilnya di pengajian alhamdulillah Macaroni Shcotell Ayam Jamurku laku, termasuk hidangan lainnya (aku bikin puding sutra juga). Cuma itu karena belum dingin banget saat dipotong-potong macaroni schotell nya berantakan 😦

Semoga bermanfaat dan happy baking bunda 😉

Semua happy Alhamdulillah ;)

Semua happy Alhamdulillah 😉

Menangislah untuk Ramadhan yang kan Hilang

quran2

Menangislah untuk Ramadhan yg Kan Hilang

Teman, marilah kita menangis,
Jika itu bisa melapangkan gundah yang mengganjal sanubari. Bahwa Ramadhan sudah bergegas di akhir hitungan. Dan tadarus Quran kita tak juga beranjak khatam. Jika itu adalah ungkapan penyesalan. Jika itu merupakan awal tekad untuk menyempurnakan tarawih dan Qiyamul lail kita yg centang perenang

Menangislah,
Biar butir bening itu jadi saksi di yaumil akhir. Bahwa kita adalah hamba Alloh yg lalai lagi terlena. Yang berdoa sejak dua bulan sebelum Ramadhan, yang berlatih puasa semenjak Rajab, yang rajin mengikuti tarhib Ramadhan, tapi sampai puasa mendekati akhir masih juga menggunjing kekhilafan teman, masih juga tak bisa menahan ucapan dari kesia-siaan, tak juga menambah ibadah sunah, bahkan hampir terlewat menunaikan yang wajib

Menangislah, lebih keras
Alloh tak menjanjikan apa-apa untuk Ramadhan tahun depan, apakah kita masih disertakan, sedangkan Ramadhan sekarang cuma tersisa hitungan hari. Tak ada yg dapat menjamin usia kita sampai untuk Ramadhan besok, sedangkan Ramadhan ini tersia-siakan. Menangislah utk Ramadhan yg kan hilang…

Menangislah,
Utk dosa-dosa yang belum terampuni, tapi kita masih juga menambah dengan dosa baru…

Menangislah,
Dan tuntaskan semuanya di sini, saat ini. Karena besok waktu akan bergerak makin cepat, Ramadhan semakin berlari. Tahu-tahu sudah 10 malam terakhir dan kita belum bersiap untuk itikaf. Dan lembar Quran menunggu untuk dikhatamkan. Dan lembar rupiah menunggu untuk disalurkan melalui infaq dan zakat. Dan malam menunggu dihiasi sholat tambahan.

Sekarang, atau (mungkin) tidak (ada lagi) sama sekali…

~Abdul Rozak~

#odoj783 (tulisan ini diambil dari sharing dalam grup ODOJ)

Teman Sejati

Teman Sejati

Teman Sejati

Apa artinya bila berteman tak saling menyapa
Apa artinya bila berkawan tapi tak saling menjaga
Apa artinya bersahabat tapi tak saling panjatkan doa

Kita berteman untuk saling mengasihi
Kita berkawan untuk saling berbagi
Dan kita bersahabat untuk saling memotivasi

Tetaplah berada di antara kami
Tetaplah bertahan memerjuangkan dakwah ini
Tetaplah istiqamah hingga kita kembali

Jangan pernah surut meski nyawa kan tercabut
Jangan pernah mundur meski tubuh kita akan hancur
Dan jangan pernah menghindar meski rintangan terhampar

Tiada keindahan persaudaraan kecuali bersama-sama saudara seiman
Tiada kedekatan hati kecuali bersama berada di jalan Ilahi
Tiada cita mulia kecuali menegakkan kebenaran bersama kalam Nya

~Rochma Yulika~

#odoj783

Sebelum Ramadhan Pergi

Tulisan yang menginspirasi, just reblog:

===============================

awan

dakwatuna.com – Bila sudah dekat waktunya untuk berpisah, seseorang yang tulus pasti ingin terus bersama yang dicintai dan ingin selalu “berinteraksi”. Ia ingin setiap detik waktu yang ia miliki dapat ia curahkan sepenuhnya untuknya. Ia ingin selalu meninggalkan kesan yang baik agar memiliki “kenangan berharga” selagi bersama. Begitulah sebuah pengibaratan, yaitu mereka para pecinta Ramadhan bila sudah tiba di penghujung bulan.

Ya… Setelah Ramadhan usai, begitu seringnya kita dengar suara-suara yang merindukan Ramadhan dan menginginkan agar Ramadhan segera tiba. Bahkan sampai ada yang menyayangkan, “kenapa kita ‘hanya’ diberi1 bulan Ramadhan dalam setahun?”. Seakan kurang puas menikmati suasana Ramadhan dan berandai-andai agar Ramadhan bisa lebih lama. Tapi benarkah cinta -pada Ramadhan- itu sebuah pengakuan yang tulus? Ataukah hanya sebatas keinginan yang tanpa disadari merupakan bisikan nafsu yang halus?

Namun perjalanan Ramadhan telah menyisihkan antara yang jujur mencintainya dengan yang hanya sebatas “suara” nafsunya. Karena Ramadhan ibarat juga sebuah ajang perlombaan. Ketika masih berada di babak penyisihan, begitu banyak peserta yang menampakkan tekad dan kemauan. Akan tetapi ketika tingkatan semakin tinggi, ketika tantangan yang ditemui terasa semakin membebani -padahal dari hari ke hari beban yang dihadapi sama sekali tidak ada yang bertambah-, maka satu per satu mulai “tereliminasi”, pergi dan bahkan lari. Sedangkan yang tinggal hanya yang bersungguh-sungguh menghadapi dan setia untuk terus membersamai.

Mereka yang “lari” ialah yang hanya mengaku mencintai Ramadhan, tapi ketika telah dipertemukan dengan bulan mulia ini ia malah mengabaikannya. Ia hanya bersemangat di awal, karena hanya mencintai Ramadhan dengan apa disenanginya. Baginya Ramadhan adalah waktu untuk banyak bermain, tidur-tiduran, dan segudang aktivitas yang melalaikan. Terlebih suasana Ramadhan -yang baginya sebagai bulan malas-malasan- sangat mendukung agar kesenangan duniawinya dapat terpuaskan.

Sedangkan mereka yang bertahan hanyalah yang jujur mencintai Ramadhan. Karena kecintaannya, tentu ia akan sangat menghargai waktu di bulan kebaikan, terlebih saat detik-detik terakhir menjelang perpisahan. Ia menghargai Ramadhannya dengan terus membersamainya dengan amal-amal kebaikannya; seperti memperbanyak qiyam, tilawah Al-Quran, dan memperbanyak dzikir dengan hati dan lisan.

Begitulah perjalanan Ramadhan. Tanpa terasa waktu telah memisahkan kita dengan 2/3 Ramadhan, dan menghantarkan kita pada hari-hari terakhir di bulan mulia ini. Waktu tak pernah peduli apakah kita beramal atau tidak, karena “tugasnya” hanya menggulirkan masa agar rotasi kehidupan terus bergerak. Hari-hari sebelumnya yang telah dilalui ditutup bersamaan dengan catatan amal yang dilakui, semuanya ditulis rinci dan rapi. Menyesali hari-hari lalu -karena sedikitnya amal- tentu tak akan ada arti dan sama sekali tidak menjadikannya kembali. Tapi yang terbaik adalah bagaimana agar semaksimal mungkin berusaha dengan amal-amal berguna, agar hari-hari Ramadhan yang tersisa menjadi hari-hari yang berharga. Sekaligus pembuktian siapa yang mencintai Ramadhan hanya demi kesenangan nafsunya, dan siapa pula yang benar-benar mencintai Ramadhan dengan setulus imannya…